::
DPD PKS Kabupaten Bekasi - DPD PKS Kabupaten Bekasi - DPD PKS Kabupaten Bekasi - DPD PKS Kabupaten Bekasi -
Website DPD PKS Kabupaten Bekasi
Mengenal PKS

HARI KE SEPULUH RAMADHAN

RAMADHAN DAN SIKAP OPTIMIS

Oleh Ustadz Sunardi Ketua MPD PKS Kabupaten Bekasi

Sudah sepertiga Ramadhan kita lalui, berharap semoga kita semakin bersih hati, fikiran, lisan dan semakin optimis memandang masa depan. Iya, kita semua punya masa depan yang harus terus kita raih dan pastikan arahnya menuju JannahNya. Masa depan dunia dan masa depan akhirat.

Kehidupan bukanlah jalan yang mudah dilalui tanpa halangan dan rintangan.

Kehidupan sering kali berupa jalan-jalan sempit yang menyesatkan, dimana kita harus mencari jalan. Kadang tersesat dan bingung lalu kembali dengan kesadaran bahwa jalan kita salah. Ramadhan mengembalikan arah hidup kita kepada jalan yang pernah di tempuh oleh para Nabi, para Shadiqin, para syuhada dan shalihin.

Dengan tarbiyah Ramadhan tetaplah optimis dan mewujudkan mimpi terbaik. Karena mimpi adalah kenyataan hari esok. Yakinlah tak pernah ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada adalah upaya dan ikhtiyar kita terlalu rendah.

Bermimpilah setinggi-tingginya dan berikhtiyarlah sekuat-kuatnya lalu dekati Allah sedekat-dekatnya. Insya Allah hajat dan harapan kita Allah wujudkan.

Tugas kita adalah terus bergerak dan beramal, terus berdoa. Karena kelak kita tak ditanya,”Kenapa engkau tak menang?” Tetapi engkau akan ditanya.”Kenapa engkau tak ikut berjuang?” Tak ada kompetisi yang lebih mulia kecuali kompetisi dalam amal shaleh dan kebaikan. Hatta hanya dalam hati kita yang terus tak bisa tenang saat dakwah belum juga menang.

Inilah perasaan seorang mujahid  Shalahuddin Al Ayyubi yang dia tidak pernah tertawa selama Al Quds masih dikuasai oleh para salibis. Ia bertutur saat ditanya,”Bagaimana saya bisa tertawa?Bukankah Al Quds sedang ditawan?”.

Inilah pula perasaan Aslam [ pelayan Umar bin Khattab ra.]. Ia pernah merasakan perasaan Umar ra.,”Jika Allah tidak melepaskan cobaan ini dari kami pada tahun krisis ekonomi, maka kami pasti menyangka Umar akan meninggal, karena bencana yang menimpa kaum muslimin.” Khalifah Umar ra. pun pernah berkata,”Istirahat bagi laki-laki sejati ( rajul) adalah suatu Ghaflah [ Kelalaian ].

Realitas kehidupan dan realitas dakwah saat ini memerlukan orang-orang yang punya sikap optimis, memiliki tanggung jawab, kepedulian dan kepekaan terhadap situasi.

 Ketika dalam dada kita ada cinta untuk Indonesia dan cinta untuk bangsa ini, maka bersiaplah cinta kita akan diuji. Di saat kita menginginkan kepemimpinan, bersiaplah kepemimpinan kita pasti akan diuji. Di saat kita ingin merangkul seluruh komponen untuk bersatu menjayakan negeri ini, maka bersiaplah punya rangkulan kita akan diuji kekuatannya.

Namun sekali lagi, tetaplah optimis bahwa masa depan milik kita. Melihat malam pekat pertanda bahwa pagi akan mendekat. Melihat panas mentari pertanda hujan akan segera turun menyapa hari. Melihat hidup yang sulit pertanda kemudahan akan hadir.Melihat masalah kehidupan semakin memuncak pertanda kita harus semakin bijak.

Sepertiga Ramadhan cukuplah untuk mengukur seberapa banyak progres yang telah terjadi para diri kita, setelah berinteraksi dengan Allah lebih intensif melalui Qiyam, Shiyam dan Tilawah.

Progres dalam  kepekaan, kepedulian, rasa kasih sayang, keramahan. Karena Shaum adalah salah satu metode untuk mengasah kepekaan kita untuk terus mensyukuri nikmatNya.

Sebagaimana Imam Ibnu Qoyyim mengatakan tentang shaum,”Untuk mengingatkan akan kondisi laparnya orang-orang miskin.” Ibnu Hammam juga berkata,”Sesungguhnya yang sedang shaum ketika diuji dengan rasa lapar pada sebagian waktu, dia akan mengingat orang yang lapar sepanjang masanya, maka dengan cepat tergerak hatinya untuk menyayangi mereka.”

Kembali ke sikap optimis, faktor utama yang dapat meningkatkan sikap optimis adalah kita bergaul dengan orang-orang yang memiliki optimisme dalam hidup dan tidak mudah menyerah. Karena teman bergaul sangat berpengaruh dengan kita.

Seorang ulama mengatakan,”hendaknya seseorang memperhatikan wajah orang saleh sebelum mereka berbicara, karena memandang mereka akan mengingatkan kita pada Allah Ta’ala.

Sahabat Anas ra. berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya sebagian orang itu ada yang menjadi kunci pembuka kebaikan dan menutupi segala bentuk kejahatan.” [ HR. Ibnu Majah ]

Ja’far berkata,”Apabila aku menemukan kekerasan dalam hatiku, aku lalu memandang wajah Muhammad bin Wasi.”

Apabila Imam Ahmad mendengar tentang seseorang yang shaleh, zuhud, iapun sangat senang jika dapat berbincang-bincang dengan orang itu. Karenanya Imam Ahmad sangat teliti memilih orang-orang yang harus ia bergaul secara dekat.

Wallahu ‘alam bis showwab.

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
DailyIQ