Oleh : Ustadz Sunardi Ketua MPD PKS Kab Bekasi
Hari kedua belas, ketika interaksi kita dengan Al Qur’an semakin kuat, perasaan dan emosi yang kita alami saat membaca Al Qur’an apakah tetap sama dengan sebelum Ramadhan ?. Atau ada getaran-getaran lain yang kita rasakan, saat kita membaca, memahami, merenungkan bacaan yang kita baca, hingga kita tak terasa menitik air mata. Imam An Nawawi mengatakan,”menangis saat membaca Al Qur’an adalah sifat orang-orang yang arif dan tanda orang-orang saleh.”
Abdullah bin Amar bin Ash ra. mengatakan,”Andai aku bisa menangis satu tetes air mata saja lantaran takut pada Allah Ta’ala, tentu lebih aku senangi dari pada bersedekah seribu dinar.”
Itulah air mata keimanan yang akan membuat hidup seseorang terselamatkan. Membuat kebahagiaan yang terus didapatkan. Membuat jiwa penuh ketenangan dan sarat dengan harapan. Hidup menjadi lebih bermakna. Rahmah dan barakah mengiringi kehidupan aktivitas dakwah Insya Allah.
Masih di sepertiga Ramadhan, mari belajar menitik air mata kesadaran. Kesadaran akan kondisi diri yang tak semangat dulu mungkin dalam beribadah dan berdakwah karena banyaknya kesibukan yang harus diselesaikan.
Kesadaran bahwa kondisi masyarakat membutuhkan aktivis dakwah ikut terjun, melebur, dan bergabung dengan mereka demi menyelesaikan problematika kehidupan.
Kesadaran bahwa hanya hari ini kesempatan kita berkontribusi untuk dakwah, sebab besok kita takut tak lagi bisa bergerak karena Allah mencukupkan umur kita. Adalah Ibnu Abbas ra. suatu saat di tanya tentang makna orang yang takut. Beliau menjawab,”Hati mereka bahagia dalam ketakutan pd Allah. Mata mereka selalu menangis. Mereka mengatakan,”Bagaimana kita bisa senang, sementara kematian ada di depan kita?Kuburan sudah menunggu?Hari kiamat pasti kita temui, kita juga akan berdiri di hadapan Allah.”
Ramadhan melatih kita menitik air mata kekhilafan. Kekhilafan akan waktu-waktu yang terbuang, tak digunakan untuk membuat jejak-jejak di jalan dakwah. Nabi saw. bersabda,”Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah melebihi dua tetes dan bekas jejak.Tetes air mata karena takut pada Allah dan tetes darah yang dikucurkan di jalan Allah. Adapun dua jejak, jejak di jalan Allah dan bekas jejak menjalankan kewajiban perintah Allah.” [ HR. Tirmidzi ]
Jejak di jalan dakwah adalah jejak yang mulia, pastikan jejak kita ada di sana. Menangislah jika tak terlihat jejak kita di sana, karena itu sebuah kerugian.
Termasuk jejak-jejak kita di bulan Ramadhan terkait pelaksanaan kewajiban yang Allah perintahkan. Jejak tilawah kita, jejak qiyam dan shiyam. Juga Jejak-jejak kepedulian kita terhadap ummat, kecintaan kita kepada ummat, kecintaan kita kepada bangsa ini. Rasulullah saw bersabda,” Barangsiapa yang tidak memperdulikan urusan kaum muslimin bukanlah tergolong dari mereka.” [ HR. Abu Dawud ]
Air mata keimanan termasuk mengingat kekhilafan kita dalam agenda dakwah yang kadang lupa. Ada pertemuan lupa, ada qiyadah datang inspeksi kita justru sibuk aktifitas lain, lalu di mana manajemen waktu kita,indhibath kita dan Munazham fii su’inihi atau Harisun ‘ala waqtihi nya.? Koq ngurusin kerjaan kantor gak lupa..?. Sebagian terkadang menjalankan dakwah terkesan asal-asalan , tak pakai perencanaan dan persiapan, tidak terprogram dan akhirnya tambal sulam, layak kita menitik air mata di akhir malam. Astaghfirullah ampuni kekhilafan dan kelalaian kami Ya Allah…Engkau telah banyak memberi nikmat kepada kami, namun rasa syukur kami terlalu kecil dibanding nikmatMu.
Ketika semboyan kita saat ini bersama melayani rakyat, perlu kita menanamkan keikhlasan dalam pelayanan, melayani tidak pilih-pilih, siapa yang kita layani semua hamba Allah. Kapan waktunya dilayani, dimana harus dilayani. Keikhlasan tercermin dalam ketidakadaan kepentingan pribadi hanya ada kepentingan dakwah. Allah berfirman :
ذَٰلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.
Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [ QS. AS Syura : 23 ]
Masih disepertiga Ramadhan semoga kita dapat melakukan introspeksi , dan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
Wallahu’alam bis showwab















