Oleh : Ustadz Sunardi (Ketua MPD PKS Kabupaten Bekasi)
Ramadhan kebaikannya tak pernah habis. Ramadhan mengajarkan kita hidup sederhana dan penuh cinta, life simply and give love . Inilah dua hal yang sangat dibutuhkan oleh kita yang hidup di era global dan digital saat ini.
Ramadhan mendidik kita menjadi pribadi yang sederhana dalam penampilan, tetapi luar biasa dalam pengabdian dan kerja-kerja dakwah. Ramadhan mengajarkan kita menjadi pribadi yang sederhana dalam lisan, tetapi istimewa dalam tindakan. Menjadi pribadi yang low profile, tetapi high quality. Allah berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [ QS 3 : 110 ]
Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat selayaknya membuat hidup kita semakin mudah dan menyenangkan. Namun yang terjadi justru kadang sebaliknya. Sebagian orang merasa kekurangan waktu dan kekurangan ruang, dan semakin mudah stress. Ada yang sibuk hingga lupa menikah, ada yang menikah tapi jarang di rumah seperti “Bang Toyib yang tak pulang-pulang.” Ada yang di rumah tapi jarang bersama karena asyik dengan gadgetnya masing-masing. Ada juga yang selalu bersama tapi tak bisa atau tak mau bercengkrama. Bergeser dari romantisme kebersamaan kepada romantisme kesendirian.
Ramadhan di masa pandemi yang sudah dua tahun ini berlangsung, terasa lebih mengembalikan kebersamaan yang selama ini hilang. Ramadhan mengembalikan kita fokus pada hal yang utama, bukan hal yang remeh temeh. Yaitu menautkan dan mendekatkan diri kita kepada Allah Sang Pencipta dengan ibadah shaum, lihat setiap orang secara bersamaan menunggu satu moment yaitu berbuka puasa. Lalu kita juga berinteraksi dengan manusia melalui shalat tarawih, tadarus Al Qur’an, aktifitas berbagi takjil dan lainnya. Hidup menjadi lebih sederhana, tidak rumit dan ruweeeet. Karena keruwetan hidup membuat jiwa mudah stress.
Suatu hari Nasrudin Hoja jalan-jalan ke pasar. Tiba-tiba datang seseorang yang berkata,”Hai Nasrudin, saya melihat seseorang membawa satu piring besar penuh kue yang enak.” Nasrudin menjawab,” Itu bukan urusanku.”
Orang itu berkata lagi,”Tapi Nasrudin, orang itu membawa kue tersebut ke rumahmu.” Nasrudin menjawab,”Itu juga berarti bukan urusanmu.”
Jadi sebenarnya hidup itu simple. Yang ribet ketika kita terlalu ngurusin orang lain yang bukan urusan kita. Kecuali kita ngurusin orang lain untuk memberi bantuan atau pertolongan dan memberikan pelayanan atau mengatasi kesulitan.
Karenanya kita harus menyederhanakan hidup kita agar berkualitas. Singkirkan yang tidak kita butuhkan, apakah itu barang atau informasi. Beramal dengan amal terbaik dan melayani masyarakat menjadi fokus utama kita. Jangan pula waktu yang Allah berikan menjadi tidak produktif, untuk sekedar scroll..scroll gadget untuk sesuatu yang tak penting.
Untuk urusan makanan yang dipentingkan gizi, bukan lezatnya saja. Untuk pakaian yang diprioritaskan adalah fungsi, kepantasan, bukan mewah dan mahalnya. Untuk kendaraan yang dibutuhkan efektif, manfaat bukan harganya, untuk urusan rezeki, yang kita butuhkan barakah, bukan jumlahnya. Banyak orang hartanya berlimpah tetapi jiwanya hampa dan hidupnya tak bahagia.
Ramadhan juga mendidik kita menjadi pribadi pemberi. Dan jika kita mau memberi maka Allah akan jadikan kita jalan yang mudah, mudah dalam urusan dunia dan mudah dalam urusan akhirat.
فَاَمَّا مَنۡ اَعۡطٰى وَاتَّقٰ
Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
وَصَدَّقَ بِالۡحُسۡنٰ
dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),
فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلۡيُسۡرٰىؕ
maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)
[Surah Al Lail : 5-7]
Sekecil,secuil dan seringan apapun bisa kita berikan. Karena setiap orang punya sesuatu untuk diberikan, apakah itu harta, waktu, tenaga, senyum, simpati, ilmu dan lainnya. Fokus memberi, membuat diri kita bisa menikmati hidup. Walau ada saja sebagian orang yang senangnya hanya menjadi penerima. Penerima mungkin bisa makan lebih enak, tetapi pemberi bisa tidur lebih nyenyak. Hidup adalah take and give.
Semoga kebaikan Ramadhan terus mengalir dalam diri kita, hingga kita terbiasa hidup dengan kesederhanaan dan mudah untuk melayani rakyat, karena sudah terbiasa memberi sesuatu kepada orang lain,bukan meminta kepada orang lain.
Wallahu’alam bis showwab.















