Konon, kata orang yang mengerti bahasa hewan, sekawanan hewan sering bertanya kepada seekor keledai,”Mengapa engkau tidak menarik gerobak?” Lalu Keledai menjawab,” Aku benci khayalan.”
Orangtua kita selalu mengingatkan tentang orang yang meratapi masa lalunya, kata mereka,”Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya.”
Mengingat masa lalu kemudian bersedih atas kegagalan atau tenggelam dalam mimpi buruk atas nestapa adalah tindakan yang sia-sia. Tindakan ini sama saja dengan membunuh semangat masa depan dan memupuskan harapan.
Para pemenang selalu melipat dan menutup rapat-rapat masa lalu, lalu menyimpannya dalam “laci” penyimpanan lupa, menguncinya kuat-kuat, karena masalalu telah habis, yang ada adalah mengambil ibrah dan menyongsong masa depan yang belum terjadi. Berbuat, berkarya,jadilah pembuat sejarah, berkontribusi, dan memperbaiki diri adalah kunci menyongsong masa depan yang lebih baik. Dan kemenangan tidak bisa dengan hanya menunggu ia harus dijemput dengan semangat yang membara.
Al Qur’an setiap kali menjelaskan kondisi suatu kaum dan apapun yang telah dilakukan oleh mereka, Allah selalu mengatakan,” Itu adalah umat masa lalu.”
Karenanya, ketika suatu kejadian telah habis, maka selesai pula urusannya. Hanya ibrah, pelajaran dan hikmah yang harus kita ambil dari padanya.
Orang yang berusaha kembali kepada masa lalu, bak orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Adalah bencana besar, ketika kita melalaikan masa depan dan justru sibuk dengan masa lalu. Sama halnya dengan kita mengabaikan istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk.
Pertarungan dan kompetisi siyasi akan segera bergulir, dua tahun waktunya untuk kita mempersiapkan diri menjadi pemenang. Dua kali kekalahan di pilkada menjadi pemicu dan pemacu andrenalin kita untuk memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya.
Kita semua harus bertekad kuat mempersembahkan yang terbaik dengan kualitas terbaik. Allah subhana wa ta’ala hanya akan memberikan kemenangan kepada mereka yang memiliki syarat-syarat untuk menang. Sabar dan siap siaga adalah salah satunya. Sebagaimana FirmanNya :
بَلَىٰ ۚ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” [ QS. Ali Imran : 125 ]
Dalam ayat lainnya Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” [ QS. Ali Imran : 200 ]
Dengan persiapan ruhi melalui kualitas sholat, kualitas dan kuantitas bacaan Al Qur’an dengan tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, doa dan munajat yang khusyu’ untuk kemenangan dakwah, juga persiapan lainnya yang menyangkut soliditas dan mempersiapkan kapasitas diri sebagai pemenang.
Tawakkal adalah sikap yang juga selalu harus ada dalam diri semua anggota. Bersandar hanya pada Allah karena Dialah Yang Maha Kuat. Tawakkal bermakna menyerahkan hasil kepada Allah setelah kita berdarah-darah dalam berjuang. Ia bukan pasif, melainkan sikap aktif seorang pejuang dakwah dalam setiap tindakan.
Maka, tawakkal yang benar dilakukan setelah berusaha. Tawakkal merupakan kesadaran tertinggi akan ke-Maha Kuasa-an Allah. Karena sehebat apapun kita, secanggih apapun strategi dakwah yang kita jalankan, pastilah sangat tidak mungkin mengungguli ke-Maha Kuasa-an Allah. Apa yang kita lakukan hanyalah sarana untuk menyambut kemenangan itu. Sedangkan penentu kemenangan, adalah hak prerogatif Allah.
Dalam surat Al Maidah ayat 23 disebutkan, “ Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Sebagian ulama menjelaskan ayat ini, maknanya , “ Jika kamu beriman maka bertawakallah dan jika kamu tidak bertawakkal, maka pertanyakan keimananmu.” Tawakkal setelah berusaha, adalah jaminan kemenangan dari Allah. Karena tawakkal berarti percaya sepenuhnya akan keMaha Kuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.
Semua anggota juga harus paham bahwa capaian politik adalah satu di antara sedikit indikator keberhasilan dakwah, sehingga kita harus kembali mengukur kinerja siyasi kita dengan ukuran da’wi.
Kemenangan pileg dan pilkada adalah wasilah untuk memperbanyak pribadi muslim dan pribadi Da’iyah. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak dan tersebar di ribuan pulau tidak mungkin di back up oleh satu atau dua juru dakwah saja. Maka kemenangan Politik bagian adalah kemenangan dakwah yang harus diperjuangkan. Semoga kita semua bisa berkontribusi untuk kemenangan dakwah.
Wallahu’alam bis showwab
TADZKIRAH JUM’AT
YANG LALU BIAR BERLALU, AMBILLAH IBRAH
Konon, kata orang yang mengerti bahasa hewan, sekawanan hewan sering bertanya kepada seekor keledai,”Mengapa engkau tidak menarik gerobak?” Lalu Keledai menjawab,” Aku benci khayalan.”
Orangtua kita selalu mengingatkan tentang orang yang meratapi masa lalunya, kata mereka,”Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya.”
Mengingat masa lalu kemudian bersedih atas kegagalan atau tenggelam dalam mimpi buruk atas nestapa adalah tindakan yang sia-sia. Tindakan ini sama saja dengan membunuh semangat masa depan dan memupuskan harapan.
Para pemenang selalu melipat dan menutup rapat-rapat masa lalu, lalu menyimpannya dalam “laci” penyimpanan lupa, menguncinya kuat-kuat, karena masalalu telah habis, yang ada adalah mengambil ibrah dan menyongsong masa depan yang belum terjadi. Berbuat, berkarya,jadilah pembuat sejarah, berkontribusi, dan memperbaiki diri adalah kunci menyongsong masa depan yang lebih baik. Dan kemenangan tidak bisa dengan hanya menunggu ia harus dijemput dengan semangat yang membara.
Al Qur’an setiap kali menjelaskan kondisi suatu kaum dan apapun yang telah dilakukan oleh mereka, Allah selalu mengatakan,” Itu adalah umat masa lalu.”
Karenanya, ketika suatu kejadian telah habis, maka selesai pula urusannya. Hanya ibrah, pelajaran dan hikmah yang harus kita ambil dari padanya.
Orang yang berusaha kembali kepada masa lalu, bak orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Adalah bencana besar, ketika kita melalaikan masa depan dan justru sibuk dengan masa lalu. Sama halnya dengan kita mengabaikan istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk.
Pertarungan dan kompetisi siyasi akan segera bergulir, dua tahun waktunya untuk kita mempersiapkan diri menjadi pemenang. Dua kali kekalahan di pilkada menjadi pemicu dan pemacu andrenalin kita untuk memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya.
Kita semua harus bertekad kuat mempersembahkan yang terbaik dengan kualitas terbaik. Allah subhana wa ta’ala hanya akan memberikan kemenangan kepada mereka yang memiliki syarat-syarat untuk menang. Sabar dan siap siaga adalah salah satunya. Sebagaimana FirmanNya :
بَلَىٰ ۚ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” [ QS. Ali Imran : 125 ]
Dalam ayat lainnya Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” [ QS. Ali Imran : 200 ]
Dengan persiapan ruhi melalui kualitas sholat, kualitas dan kuantitas bacaan Al Qur’an dengan tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, doa dan munajat yang khusyu’ untuk kemenangan dakwah, juga persiapan lainnya yang menyangkut soliditas dan mempersiapkan kapasitas diri sebagai pemenang.
Tawakkal adalah sikap yang juga selalu harus ada dalam diri semua anggota. Bersandar hanya pada Allah karena Dialah Yang Maha Kuat. Tawakkal bermakna menyerahkan hasil kepada Allah setelah kita berdarah-darah dalam berjuang. Ia bukan pasif, melainkan sikap aktif seorang pejuang dakwah dalam setiap tindakan.
Maka, tawakkal yang benar dilakukan setelah berusaha. Tawakkal merupakan kesadaran tertinggi akan ke-Maha Kuasa-an Allah. Karena sehebat apapun kita, secanggih apapun strategi dakwah yang kita jalankan, pastilah sangat tidak mungkin mengungguli ke-Maha Kuasa-an Allah. Apa yang kita lakukan hanyalah sarana untuk menyambut kemenangan itu. Sedangkan penentu kemenangan, adalah hak prerogatif Allah.
Dalam surat Al Maidah ayat 23 disebutkan, “ Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Sebagian ulama menjelaskan ayat ini, maknanya , “ Jika kamu beriman maka bertawakallah dan jika kamu tidak bertawakkal, maka pertanyakan keimananmu.” Tawakkal setelah berusaha, adalah jaminan kemenangan dari Allah. Karena tawakkal berarti percaya sepenuhnya akan keMaha Kuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.
Semua anggota juga harus paham bahwa capaian politik adalah satu di antara sedikit indikator keberhasilan dakwah, sehingga kita harus kembali mengukur kinerja siyasi kita dengan ukuran da’wi.
Kemenangan pileg dan pilkada adalah wasilah untuk memperbanyak pribadi muslim dan pribadi Da’iyah. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak dan tersebar di ribuan pulau tidak mungkin di back up oleh satu atau dua juru dakwah saja. Maka kemenangan Politik bagian adalah kemenangan dakwah yang harus diperjuangkan. Semoga kita semua bisa berkontribusi untuk kemenangan dakwah.
Wallahu’alam bis showwab















