Emak…
Sejak pagi sampai menjelang sore itu masih terlihat sibuk di dapur.
Karena memang saat itu adalah hari puasa ( shaum ) terakhir di Romadhon tahun ini ( Tahun 1988/ 1408 H ).
Karena nanti malamnya gema takbiran akan berkumandang bersahutan menyambut Hari raya Idul Fitri pada esok harinya.
Bahkan sejak sepekan sebelumnya emak terlihat dengan tekun menyempatkan untuk membuat kue kue aneka rasa khas lebaran sebagai pelengkap kegembiraan saat nanti para tetangga, sanak saudara serta handai taulan datang saling menyambangi untuk bersilaturohim dan saling maaf memaafkan yg telah menjadi tradisi ( Urf ) adat kebiasaan bagi kita sebagai orang timur dalam menyambut hari yg penuh kebahagiaan dan kegembiraan.
Namun persiapan lebaran yg Emak sajikan pada saat itu nampak ala kadarnya saja gak seperti lebaran pada tahun lalu.
Karena memang Emak terlihat lebih fokus untuk merawat Bapak yg sejak pertengahan Romadhon saat itu kesehatannya kurang baik dan bahkan menjelang malam Takbiran sakitnya semakin parah.
Karena vonis Dokter sebelumnya bahwa paru paru Bapak tinggal sebelah yg berfungsi.
Sebenarnya penyakit yg Bapak derita adalah penyakit menahun, namun menjelang setahun ini setelah habis Idul Fitri tahun sebelumnya penyakit Bapak tak kunjung sembuh.
Yaitu semenjak musibah kebakaran yg terjadi di wilayah kami yaitu di Jalan LODAN ANCOL hampir setahun lalu yg menghanguskan rumah rumah kami dan seluruh warga di tiga RT.
Mungkin karena beban mental dan pikiran yg begitu berat yg beliau rasakan itulah yg menjadikan penyakit Bapak tidak kunjung sembuh.
Sementara saat itu Bapak tetap harus mencukupi kebutuhan harian kami semua yaitu kelima anaknya yg masih kecil kecil dan kebutuhan sekolah kami semua.
Selepas Maghrib kumandang Takbir bersautan menggema di setiap Masjid dan Musholla, tanda luapan rasa suka cita telah menunaikan shaum Romadhon selama sebulan penuh.
Namun bersamaan itu juga nampak kesehatan Bapak semakin memburuk, maka Emak memutuskan untuk membawa Bapak ke Dokter Klinik di Pasar Ikan yg sudah menjadi langganan Bapak dan Bapak merasa cocok jika berobat kepada Dokter SUNARTO tersebut.
Akhirnya dengan di papah aku dan Emak, kami bawa Bapak naik Bajaj untuk berobat ke Klinik Dokter SUNARTO.
Yang aku tau bahwa pada saat itu Bapak nampak sudah sangat payah dan agak setengah sadar hingga sudah tidak dapat lagi berkomunikasi dengan baik.
Akhirnya ketetapan itu datang juga, hingga pada pukul 00.30 Wib dini hari Bapak berpulang ke Rahmatulloh di saat Takbir berkumandang mengagungkan kebesaran sang Kholiq yg menggenggam seluruh jiwa manusia.
Nampak raut wajah Emak yg penuh dengan kepasrahan yg dengan setia mendampingi Bapak, telah merawat dan menjaga dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Akhirnya kedukaan itu harus kami ikhlaskan di saat kebahagiaan di rasakan oleh seluruh kaum muslimin merayakan hari yg penuh kebahagiaan.
Emak…
Bersyukur aku karena engkau selalu mendampingiku, yg memiliki hati selembut salju.
Karena entah mengapa setelah kepergian Bapak, aku seperti menjadi seorang pemberontak, antara merasa hilangnya seseorang yg menjadi penuntun hidup dan kebebasan dari rasa keterkekangan.
Karena pada saat itu aku masih sekolah kelas satu STM dan menjadi anak sulung dari lima bersaudara yg mereka semua masih menbutuhkan curahan kasih sayang.
Emak…
Entah sudah berapa kali aku harus berurusan dengan aparat karena kenakalanku yg selalu membuat onar dan keributan.
Namun tak pernah sepatah kata kasarpun keluar dari lisanmu.
Aku tau mungkin sudah berapa kali nyawaku akan lepas dari ragaku, namun lisanmulah yg selalu menyelamatkanku dengan Do’a Do’a tulusmu yg terucap untuk keselamatan anak anaknya.
Sampai pada satu titik jenuh, aku tersentuh dengan nasihat lembutmu yg mungkin sudah ke seribu kalinya kau ulang ulang dengan penuh kasih sayang tanpa rasa jenuh dan penuh keikhlasan.
Alhamdulillah..Emak engkau adalah guruku, karena yg ku tau setelah Bapak berpulang Emak justru semakin rajin ikut ta’lim.
Dari mulai memperbaiki tilwah Qur’annya sampai dengan pengetahuan seputar fiqih ibadah.
Maka mulailah banyak amalan amalan sunnah yg mulai di amalkan, dari mulai sholat Dhuha, Qiyamullail, tilawah Qur’an dan zikir setiap pagi dan petang.
Dan shaum sunnah senin dan kamis yg tidak pernah di tinggalkannya.
Bahkan amalan shaum senin dan kamis Emak inilah yg juga menjadi motivasiku untuk bisa menjadi sebuah rutinitas.
Maka ketika aku sedang berada di tempat Emak saat berbuka puasa, nampak kebahagiaan di wajahnya karena bisa berbuka puasa bersama anak bandelnya 😊.
Emak..
Semoga keberkahan, curahan rahmat dan kasih sayang Alloh Azza Wajalla senantiasa mengiringimu di sepanjang sisa usiamu.
Emak..
Engkau adalah wanita hebat dan tangguh, karena walaupun tak pernah sampai mengenyam pendidikan menengah, tapi Emak mampu menghantarkan dan membimbing kami semua berlima sampai ke jenjang pendidikan menengah atas ( SMA / STM ) Barokallohu fiik.
Satu hal yg menyejukkan aku ketika mendengar perkataan Emak, bahwa setelah Bapak berpulang Emak mau meneruskan kebaikan buat Bapak biar bisa jadi amal sholeh juga buat Bapak di kuburnya.
Mak..Emak segitu sayangnya sih sama Bapak.
Aku anakmu juga jadi ngiri sama Emak, mudah mudahan istri aku juga memiliki hati seperti Emak ya..
Yang tidak hanya ingin merasakan bahagia di dunia saja, tetapi juga merasakan kebahagiaan di akhirat di pertemukannya kembali bersama Orang yg di cintai nya berkumpul di syurganya Alloh Azza Wajalla.
Aamin ya Robbal A’lamin..
Robbighfirli wali walidayya warhamhuma kama Robbayani shogiro.
Bekasi, 20/12/2025
Penulis
BUDI SETIAWAN, Lahir : Jakarta, 15 September 1970. Alamat : Puri Harapan Blok D6/50 Kel.Setia Asih Kec.Tarumajaya Bekasi JABAR. Aktifitas Dagang. Hoby : Menulis mulai aktif saat Covid, pengalaman penulisan hanya sekedar hoby saja, menuangkan inspirasi yg lewat dan mendokumentasikan pengalaman pribadi atau lingkungan dan iseng iseng bikin materi sebagai bahan perenungan bersama.















