Dalam rangkaian sesi Garuda Keadilan Kabupaten Bekasi di acara Pemuda Bergerak, momen pembacaan puisi menjadi salah satu bagian yang paling emosional dan membekas. Di tengah pembahasan mini podcast tentang insecure, overthinking, dan tuntutan untuk selalu kuat, Syifa, kader Garuda Keadilan, tampil membawakan puisi yang mewakili isi kepala banyak anak muda hari ini.
Puisi yang dibacakan Syifa tidak hadir sebagai pertunjukan semata, melainkan sebagai ruang pengakuan bahwa overthinking itu nyata, melelahkan, dan sering kali tidak terlihat. Namun alih-alih menolak perasaan tersebut, sesi ini justru mengajak anak muda untuk berdamai dengannya.
Dalam konteks diskusi podcast, pesan yang ingin ditegaskan adalah bahwa overthinking tidak selalu harus dimatikan. Pada banyak kasus, ia justru bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai menjadi karya, syair, lagu, dan puisi.
Fenomena ini bukan hal baru. Banyak musisi dan penulis muda Indonesia yang lahir dari proses berpikir yang dalam dan penuh perenungan. Nama-nama seperti Sal Priadi, Nadhif Basalamah, hingga Nadin Amizah menjadi contoh bagaimana kegelisahan batin, pertanyaan hidup, dan overthinking justru menjelma menjadi karya yang menyentuh banyak orang.
Melalui puisi Syifa, audiens diajak memahami bahwa merasa lelah, bingung, dan penuh tanya bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses tumbuh. Kata demi kata yang dilantunkan terasa dekat dengan realita anak muda tentang harapan, ketakutan, dan keinginan untuk dimengerti.
Puisi ini juga menjadi pengingat bahwa tidak semua orang harus kuat dengan cara yang sama. Ada yang kuat dengan diam, ada yang kuat dengan doa, dan ada pula yang kuat dengan menulis, bernyanyi, atau menumpahkan isi kepala ke dalam karya.
Di tengah dunia yang sering menuntut anak muda untuk “cepat sembuh” dan “cepat sukses”, sesi puisi ini menawarkan perspektif lain: tidak apa-apa pelan, asal jujur dengan prosesnya.
Garuda Keadilan melalui penampilan Syifa ingin menyampaikan bahwa komunitas ini bukan hanya tempat untuk bergerak dan beraksi, tetapi juga ruang aman untuk merasa dan berekspresi. Overthinking tidak harus dipendam sendirian. Ia bisa dibagikan, diolah, dan bahkan menjadi sesuatu yang indah.
Sesi puisi ini menutup dengan satu pesan kuat: ketika overthinking diarahkan dengan tepat, ia bukan lagi beban melainkan benih karya. Dan dari karya-karya itulah, anak muda belajar memahami dirinya sendiri, sekaligus menguatkan satu sama lain.















