Suatu ketika seorang paman mengumpulkan kami tujuh bersaudara,tiga perempuan dan empat laki-laki. Paman itu mengutarakan keinginan bapak yang ingin sebelum wafat bisa melihat kabah di makkah. Katanya, bapak bercerita sambil menangis karena keinginannya tidak mau disampai kepada anak anak, khawatir akan menyusahkan dan memberatkan anak anaknya yang semuanya sudah berkeluarga.
Tak terasa kami bertujuh saudara menitikkan air mata, karena dari cerita itu benar menyentuh hati. Akhirnya kami bersepakat untuk saling bergotong royong akan memberangkatkan emak dan bapak umroh. Saya yang saat itu memiliki lima anak yang semua masih sekolah berpikir keras bagaimana caranya bisa memberikan dana untuk bapak dan emak ditengah himpitan biaya sekolah anak anak. Tak putus asa ikhtiar terus dijalan dengan doa agar keinginan bapak dan emak terwujud.
Tibalah waktunya kami bisa memberangkat bapak dan emak umroh di temani oleh kakak sulung. Kami memberikan surprise berita keberangkatan umroh bapak dan emak, saat mengetahuinya mereka sampai nangis terharu.
Bahkan tangis itu berlanjut hingga mereka didepan kabah. Ketika menjemput di bandara sepulang umroh tangis itu masih berlanjut, dan kulihat ada luka di kakinya, kakakku bercerita, karena semangat beribadah di mekah, benjolan asam urat di kakinya sampai pecah akibat udara panas dan bapak tidak merasakan itunya.
Beberapa tahun kemudian bapakpun mendahului kami menghadap illahi….,
Penulis Kang Holil (Staf Komdigi DPD PKS Kab Bekasi)
Tulisan dibuat dalam rangka HARI AYAH NASIONAL















