Malam itu, suasana kantor DPD PKS Kabupaten Bekasi terasa berbeda. Hening. Tidak ada lagi sosok berseragam yang biasanya menyapa setiap tamu dengan senyum khasnya. Akh Cahyadi — atau yang akrab disapa Cangli — telah berpulang ke rahmatullah. Setelah berjuang cukup lama melawan sakit, penjaga setia kantor DPD itu akhirnya menutup mata dengan tenang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar PKS Bekasi.
Senyum dan Ketulusan yang Membekas
Bagi banyak kader, Cangli bukan sekadar staf keamanan. Ia adalah sahabat, penjaga, sekaligus pengingat tentang arti ketulusan. “Ia selalu hadir dengan senyum hangat, meski tubuhnya mulai lemah oleh penyakit,” kenang Sutrisno, Kabid Komdigi DPD PKS Kabupaten Bekasi.
Senyum itu pula yang masih tergambar jelas di ingatan banyak orang. Terakhir kali sejumlah pengurus DPC PKS Cibitung menjenguknya, pada 17 Agustus 2025, selepas upacara kemerdekaan di kantor DPD. Saat itu, mereka membawa bantuan ta‘awun sihi untuk membantu biaya pengobatan. Meski tampak lemah, Cangli tetap tersenyum, meminta maaf, dan mengucapkan terima kasih dengan nada lembut.
“Senyum itu… tetap sama seperti dulu. Tulus dan menenangkan,” ujar Sutrisno lirih.
Kini, pesan semangat agar ia kuat menghadapi sakit telah berganti dengan doa. Doa agar Allah menerima amal kebaikan, mengampuni khilaf, dan menempatkannya di surga terbaik.
“Selamat jalan, Cangli. Kami bersaksi, engkau orang baik. Dan senyummu akan selalu menjadi kenangan indah di setiap sudut kantor DPD PKS Kabupaten Bekasi,” tutup Sutrisno.
Anak yang Berbakti
Bagi sahabat dekatnya, almarhum adalah teladan dalam berbakti kepada orang tua. Fatoni, seorang pengusaha HNI yang mengenalnya sejak lama, mengenang sosok Cangli sebagai anak yang sangat menyayangi ibunya.
“Saya sering mampir ke rumahnya sebelum ia berangkat kerja. Biasanya saya bawa sarapan nasi uduk, lalu makan bareng ibunya. Beliau sangat memuliakan orang tua,” tuturnya.
Baginya, rasa cinta Cangli pada sang ibu adalah cerminan dari kepribadian mulianya. “InsyaAllah beliau orang baik, orang saleh, dan husnul khatimah,” ujar Fatoni.
Tetangga yang Dicintai Lingkungan
Di kampung halamannya, Cangli juga dikenal sebagai warga yang aktif dan religius. Bubun, Ketua RT sekaligus pengurus DKM setempat, mengaku sangat kehilangan.
“Ibadahnya semangat, jihadnya semangat, dan tidak pernah mengeluh. Kadang ucapannya lugas, tapi maksudnya selalu baik,” kenangnya.
Meski terkadang gayanya apa adanya, Bubun menegaskan bahwa niat Cangli selalu lurus. “Kami kehilangan warga yang baik. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya di surga-Nya,” ujarnya penuh haru.
Pejuang yang Tak Pernah Lelah Berkhidmat
Dedikasi Cangli terhadap perjuangan dakwah juga mendapat kesaksian dari rekan-rekan pengurus DPD.
Taufik Saleh, Sekretaris Umum DPD PKS Kabupaten Bekasi, menyebut almarhum sebagai sosok yang luar biasa dalam melayani dan membersamai para pimpinan di kantor.
“Beliau berkhidmat dengan sepenuh hati. Pimpinan puas dengan apa yang telah diamanahkan kepada beliau,” tutur Taufik.
Bahkan, semasa sakit pun, semangatnya untuk membersamai perjuangan Palestina tidak surut. “Dalam banyak pertemuan, ia selalu berazam untuk terus mendukung perjuangan saudara-saudara di Palestina, meskipun hanya dalam doa,” tambahnya.
Cita-Cita Jihad yang Tak Padam
Rosandi, tokoh masyarakat Bojong Koneng, menyebut almarhum sebagai mujahid dakwah sejati.
“Beliau pernah lama ikut pembinaan, ikut tarbiyah, dan selalu menyampaikan keinginan kuat untuk bisa berjihad di jalan Allah, membela Palestina,” ungkapnya.
Meskipun cita-cita itu tidak sempat terwujud di medan jihad, Rosandi percaya pahala itu tetap tercatat.
“Barang siapa yang berniat berjihad di jalan Allah namun wafat sebelum sempat berangkat, maka ia mendapatkan pahala syahid. InsyaAllah almarhum termasuk di antaranya,” ucapnya penuh keyakinan.
Kenangan yang Tak Akan Pudar
Kini, sosok bernama Cahyadi bin Rusan itu telah pergi. Namun jejak kebaikannya masih tertinggal — di hati para sahabat, di ingatan rekan-rekan DPD, dan di setiap senyum yang ia tinggalkan.
Ia bukan hanya penjaga gedung, tapi penjaga semangat. Ia bukan hanya pengabdi, tapi penebar ketulusan.
Selamat jalan, Cangli.
Senyummu akan terus hidup — dalam setiap langkah kami yang melanjutkan perjuanganmu.
*KHS















