PKS Bekasi — Sembilan puluh tujuh tahun lalu, para pemuda Indonesia berdiri di atas kesadaran yang luar biasa: bahwa masa depan bangsa ini ditentukan oleh keberanian mereka untuk berpikir melampaui zamannya. Mereka adalah generasi dengan growth mindset sejati — tidak terjebak pada keterbatasan kolonialisme, tetapi melihat peluang di balik tekanan sosial dan politik. Dalam situasi penuh keterbelengguan itu, mereka tidak hanya menolak dijajah, tetapi menanamkan keyakinan bahwa kemerdekaan bisa diraih dengan persatuan dan kesadaran nasional.
Sumpah Pemuda 1928 bukan sekadar deklarasi tiga kalimat — tetapi merupakan titik balik sejarah perjuangan bangsa. Ia menjadi peta baru dalam arah perjuangan menuju kemerdekaan, menggeser paradigma dari perjuangan kedaerahan menuju satu visi nasional. Inilah momen ketika para pemuda tidak lagi memandang perbedaan bahasa dan suku sebagai sekat, melainkan sebagai kekayaan untuk memperkuat tekad bersama. Seperti kata Soekarno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” Maka mengenang Sumpah Pemuda bukanlah nostalgia masa lalu, tetapi penghormatan terhadap kesadaran kolektif yang melahirkan Republik.
Kini, 97 tahun kemudian, kita para pemuda bangsa kembali dihadapkan pada tantangan baru: bukan lagi melawan penjajahan fisik, melainkan meneguhkan kejayaan bangsa di tengah persaingan global. Jika pada 1928 para pemuda meneriakkan persatuan untuk melahirkan kemerdekaan, maka hari ini pemuda Indonesia perlu meneriakkan kejayaan bangsa untuk menjaga martabat kemerdekaan. Kesadaran bahwa Indonesia telah merdeka dan merupakan bangsa besar harus menjadi energi moral untuk membangun kemandirian ekonomi, inovasi teknologi, dan keunggulan peradaban. Seperti pesan Mohammad Hatta, “Kemerdekaan hanyalah jembatan emas. Di seberangnya, rakyat harus membangun dengan tenaga sendiri.”
Menuju 100 tahun Sumpah Pemuda dan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia, generasi muda hari ini dituntut untuk siap menerima legacy sejarah dengan kesiapan paripurna. Pemuda Indonesia harus tampil dengan keyakinan sebagai bangsa besar, memiliki kompetensi dan kapabilitas yang tidak mungkin ditolak oleh setiap peluang, serta menjadi eksekutor agenda perubahan besar di berbagai bidang. Mereka tidak cukup hanya bermimpi, tetapi harus mengonversi ide menjadi aksi, dan aksi menjadi prestasi. Sebagaimana diingatkan oleh Tan Malaka, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda.”
Karena itu, momentum 97 tahun Sumpah Pemuda harus menjadi refleksi dan juga deklarasi baru bagi seluruh generasi penerus bangsa: bahwa semangat 1928 belum selesai, ia harus diteruskan dengan energi baru, visi baru, dan tekad yang lebih matang. Di tangan pemuda yang berani, berilmu, dan berakhlak, kejayaan Indonesia bukan sekadar impian, tetapi keniscayaan. Dari Bekasi, kita kobarkan kembali semangat Sumpah Pemuda untuk Indonesia Emas 2045 — sebuah bangsa besar yang maju, mandiri, dan bermartabat di mata dunia.
oleh : Taufik Saleh Sekretaris Umum DPD PKS Kabupaten Bekasi
